KOMPAS.com – Pada ajaran agama, budaya, dan norma tertentu, seks pranikah merupakan sebuah hal yang tabu dan bertentangan. Namun, kenyataanya hal tersebut tidak menghentikan sejumlah orang untuk melakukannya, baik tanpa pengaman maupun menggunakan pengaman. Alhasil, dari waktu ke waktu jumlah penderita penyakit yang ditularkan lewat hubungan seksual terus meningkat.
Ternyata, selain merugikan kesehatan, menurut sebuah studi, seks pranikah cenderung merugikan pihak wanita. Pasalnya, hasil studi mengatakan bahwa wanita tidak mendapatkan manfaat atau kenikmatan yang setara dengan pria.
Studi yang dipresentasikan dalam pertemuan anual International Academy of Sex Research ini, menyajikan informasi bahwa wanita yang terbiasa melakukan seks pranikah terbilang sulit mencapai orgasme ketimbang saat mereka melakukannya dalam ikatan pernikahan dengan pasangan resmi. Kondisi yang demikian tidak dialami oleh pria. Umumnya, seks pranikah atau seks dalam pernikahan, dinikmati oleh pria dengan kepuasaan seksual yang sama.
Profesor Neuroendokrinologi Emory University, Kim Wallen, menjelaskan, di zaman sekarang di mana kebebasan seksual merupakan bagian dari gaya hidup, banyak pasangan memilih melakukan aktivitas seks tanpa komitmen jangka panjang, padahal level kepuasan yang diperoleh lebih menguntungkan pria.
Selanjutnya, Wallen membeberkan, studi yang melibatkan 600 mahasiswa ini menemukan bahwa responden wanita yang mengaku merasakan orgasme dari seks pranikah hanya setengah dari mereka yang mengatakan baru meraih orgasme saat bercinta dengan suami setelah resmi menikah.