Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Amerika Lebih Sulit Jatuh Cinta ketimbang Pria Eropa

Kompas.com - 24/03/2015, 07:00 WIB
Kontributor Female, Agustina

Penulis

KOMPAS.com – Untuk sejumlah wanita Tanah Air pesona pria Eropa atau pria Amerika yang biasa disebut orang bule, memiliki magnet tersendiri. Daya tarik fisik mereka yang meliputi tinggi tubuh yang menjelang, dada bidang, dan sepasang mata berwarna biru, memang membuat pria asal Eropa atau Amerika terlihat lebih tampan. Namun, apakah mereka tipe pria yang mudah jatuh cinta?

Menurut sebuah studi menyatakan bahwa pria Amerika cenderung sulit untuk jatuh cinta. Sementara itu, pria Eropa tergolong lebih mudah untuk jatuh cinta dan berkomitmen. Pasalnya, pria Amerika percaya bahwa sebuah hubungan mesti dibangun berdasarkan komunikasi yang signifikan dan hal-hal yang terbiasa.

Studi melibatkan1.157 partisipan pria. Mereka terdiri dari pria asal Lithuania (Eropa Timur) dan Rusia sebagai perwakilan pria berdarah Eropa. Lalu, pria Amerika Serikat dari beberapa negara bagian sebagai perwakilan pria yang berasal dari negeri Adidaya tersebut.

Mereka diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pandangan serta persepsi terhadap perasaan cinta. Kemudian, pertanyaan lainnya mengenai faktor apa yang membuat hati mereka terikat hanya pada satu wanita.

Hasilnya, sebanyak 90 persen pria Lithuania ditemukan jatuh cinta setiap satu bulan sekali dengan wanita baru. Sisanya, ditemukan bisa jatuh cinta dalam hitungan hari. Kondisi sama sekali berbeda terjadi pada pria Amerika Serikat, yang jatuh cinta hanya dua kali dalam satu tahun.

“Pria Lithuania dan Rusia menganggap cinta sebagai sesuatu yang sementara dan tidak tetap. Pria Amerika Serikat cenderung lebih serius memandang cinta,” tulis para peneliti pada Cross-Cultural Research Journal.

Kemudian, hasil studi juga menguraikan bahwa pria Eropa melihat cinta bak sebuah kisah dongeng dan tidak nyata. Mereka kurang romantis dan sulit berkomitmen. Kemudian, pria AS menganggap cinta sebagai hubungan bak sebuah persahabatan yang konsisten.

Studi ini merupakan kolabarasi antara para peneliti dari SState University of New York at New Paltz and Russia's Moscow State University for the Humanities.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com