Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2015, 17:20 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – Jangan pernah merasa heran melihat Alberthiene Endah. AE, begitu dia biasa disapa, bisa tiba-tiba terharu dan tergerak hatinya untuk menolong satwa terlantar saat tengah berada di jalan raya. Ia akan segera menolong satwa itu secepat dan sekuatnya. 

Begitulah sosok AE. Penulis biografi yang sudah menghasilkan berpuluh tulisan inspiratif itu mengaku berkarya saja belum cukup. Hidupnya belum lengkap tanpa berbagi manfaat. Baginya, berbagi rasa iba pada satwa menjadi penyeimbang untuk menjaga nilai hidup kemanusiaan.

Tak heran, terlepas dari kesibukannya sehari-hari, 60 persen hidup AE kini didedikasikan untuk penyelamatan satwa. Sejak lima tahun lalu, AE aktif terlibat sebagai sebagai sukarelawan Jakarta Animal Aid Network (JAAN) , yaitu dalam komunitas pemerhati dan penyelamat satwa liar di Indonesia dan satwa terlantar di Jakarta. 

“Masih teringat saat saya dan teman-teman dari JAAN mengatasi bisnis topeng monyet. Bertahun-tahun kami berjuang menghentikan topeng monyet melalui aksi demo, pertolongan langsung di lapangan dan bernegosiasi dengan pemerintah. Prosesnya tidak sebentar, tapi berhasil,” ujar perempuan yang masih giat dengan hobi menulisnya itu. 

AE mengakui, perjuangan JAAN justru baru berhasil di era pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok baru-baru ini. Ahok memutuskan pelarangan eksploitasi monyet. Akhirnya, JAAN dirangkul sebagai mitra untuk segera menghentikan bisnis topeng monyet. Tanggung jawab lanjutan juga diserahkan kepada JAAN. 

AE mengaku Prihatin, psikis monyet-monyet itu sungguh terganggu. Dia menemukan banyak kenyataan menyakitkan. Temuannya di lapangan, sebagian besar monyet tersebut mengalami infeksi bernanah hebat karena hidungnya berlubang akibat tindakan abusive.

“Juga ada leher yang luka parah dan berbagai luka berat lainnya akibat lama dirantai. Belum lagi monyet-monyet yang menderita TBC akut karena penanganan buruk selama bekerja sebagai topeng monyet,” ujarnya.

AE menuturkan, terapi dan pengobatan untuk monyet-monyet tersebut memakan waktu lama. Lebih dari setahun sukarelawan JAAN ikut mengurusnya di area Dinas Peternakan Jakarta Selatan.“Selama masa recovery, JAAN membuat kandang-kandang penampungan yang layak untuk rumah ratusan monyet ini sampai proses pengembalian ke hutan murni,” katanya lagi.

Namun, perjuangan AE tak berhenti sampai di situ. Bersama JAAN dia juga terlibat aktif dalam penghentian eksploitasi lumba-lumba pada sirkus hingga nasib kuda yang terus dieksploitasi sebagai angkutan.

“Ini memang bukan perjuangan yang mudah. Hanya orang-orang yang sangat mencintai satwa yang sanggup melakukan ini,” katanya. 

Perilaku keji 

Di ranah domestik, JAAN juga aktif melakukan gerakan penyelamatan anjing dan kucing. Banyak hal ia lakukan pada kedua hewan itu. Beberapa diantaranya adalah memberi edukasi pada masyarakat mengenai cara menangani hewan domestik secara manusiawi, melakukan sterilisasi gratis di sejumlah kawasan untuk menekan populasi kucing dan anjing jalanan, serta membuat kampanye dinamis untuk menghimbau masyarakat agar tidak melakukan hal-hal abusive.

“Sangat sedih saat melihat pembinasaan anjing untuk makanan. Anjing dibunuh dengan cara keji dan tidak terbayangkan seperti dibakar dalam keadaan hidup atau dicelupkan ke dalam air mendidih,” ujarnya.

Itulah aksi nyata yang dilakukan JAAN dan dianggap perlu. Baginya, banyak orang tak tahu mengenai perlakuan tersebut, meskipun sebetulnya kejadian-kejadian keji itu dekat dengan keseharian.

“Kami membuat investigasi dan menyebarkan video untuk aksi ‘Dogs Are Not Food’ kemudian petisi ini ditujukan pada pemerintah. Berbagai pendekatan persuasif juga dijalankan melalui pergelaran seminar dengan mengikutsertakan hasil penelitian para dokter yang menyatakan bahwa virus rabies tetap hidup dalam masakan berbahan baku daging anjing,” terangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com