Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2016, 09:10 WIB

KOMPAS.com -- Prosesi pernikahan etnis Tionghoa memiliki banyak keistimewaan. Ritual yang panjang dengan makna mendalam seringkali menjadi esensi sakral untuk dinikmati pasangan bersama dengan kerabat terdekat.

Namun, menurut Anindita Dewayani, pemilik Seserahan by Rose Arbor, tren pernikahan intim memengaruhi runutan prosesi yang ada.

Banyak pasangan dan keluarga yang memilih untuk mempersingkat dengan tidak menjalani seluruh rangkaian prosesi. Seringkali, adat yang dijalani malah dikolaborasikan dengan suku, seperti Tio Chiu, Hokkian, Konghu, dan Hakka.

Namun, tak jarang juga pasangan pengantin yang memilih untuk menjalani rangkaian prosesi sesuai dengan tradisi keluarga turun temurun.

Ritual pun dimulai jauh sebelum pesta pernikahan berlangsung. Bertempat di kediaman calon pengantin wanita, biasanya pihak keluarga  pria akan menggelar acara lamaran, untuk menentukan waktu yang tepat dalam melangsungkan acara pernikahan.

Dalam acara ini, akan ada yang berperan sebagai match maker dari pihak keluarga calon mempelai pria, dan menyampaikan pada pihak perempuan, bahwa pasangan calon pengantin ini cocok untuk menjadi suami istri. Apabila saran dari sang match maker ini diterima, maka akan berlanjut pada tahap acara sangjit.

Sangjit merupakan prosesi seserahan yang dilakukan sekitar satu bulan sebelum acara pernikahan.

Pada acara ini, calon pengantin pria dan wanita akan mengenakan busana formal berwarna merah, dengan dipimpin oleh yang dituakan, rombongan keluarga dari calon pengantin pria akan datang membawa kotak sangjit atau seserahan, dalam jumlah genap.

“Umumnya, kotak seserahan berisi kosmetik, handuk, pakaian, tas, sepatu, perhiasan, uang susu, angpao, 2 pasang lilin merah, 2 buah anggur, kaki babi, buah longan, jeruk, apel, kue ting-ting, misoa, dan manisan,” ungkap Anindita.

Di akhir acara, pihak keluarga wanita akan memberikan hantaran balasan untuk diserahkan kembali kepada pembawa seserahan.

Makna dari prosesi ini adalah, pihak keluarga wanita masih bisa ikut campur dalam keluarga pasangan nantinya. Biasanya, hantaran balasan bisa berupa sirup, manisan, pakaian, sepatu, dan buah-buahan.

Prosesi pun akan dilanjutkan dengan pemasangan seprai baru di kamar calon pengantin. Acara ini merupakan simbolisasi kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia.

Pada hari pernikahan, acara akan diawali dengan upacara sembahyang, untuk menghormati Tuhan, alam, leluhur, serta orang tua. Dilanjutkan pada upacara pemberkatan sesuai agama yang dianut, kemudian tea pai, dan diakhiri dengan acara resepsi. (Christina Holmes)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com