Cegah Remaja “Lebay” di Media Sosial dengan Penuhi Kebutuhan Spiritual

KOMPAS.com – Perkembangan teknologi yang pesat pada pergaulan remaja masa kini menjadikan perilaku generasi muda tidak terkendali dalam mengeksploitasi kehidupan mereka di media sosial, yang sempat heboh karena mencurahkan perasaan kecewanya akibat putus cinta.

Rasa sedih, tangisan, dan harapan pemilik akun Instagram begitu tersedu-sedu sehingga terlihat berlebihan dan membuat banyak netizen berpikir bahwa dia mencari-cari perhatian demi keuntungan personal.

Apakah seperti itu gambaran remaja pada era teknologi seperti sekarang? Apakah ini sikap yang benar atau memalukan?

“Pada usia sekolah tentu saja kegiatan anak tidak hanya belajar secara akademis saja, tetapi ada keinginan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis,” ujar Nana Gerhana, MPsi, Psikolog, dari RS Royal Progres, Sunter, Jakarta Utara, kepada Kompas.com dalam pesan singkatnya, beberapa waktu lalu.

Nana melanjutkan bahwa kebutuhan psikologis ini terdiri dari inteligensi, emosional, dan spiritual.

Kebutuhan emosional, seperti halnya kebutuhan perhatian, komunikasi yang hangat dengan teman, kebutuhan dihargai eksistensinya, dan cara mengelola perilaku serta emosi.

Selain itu, untuk kebutuhan spiritual juga merupakan salah satu hal yang penting untuk remaja memahami batasan mana yang baik dan tidak baik, hal positif dan negatif, dan memahami nilai-nilai serta budi pekerti untuk dirinya dan orang lain.

“Semua kebutuhan itu harus seimbang. Remaja bisa memperolehnya di rumah, sekolah, dan lingkungan,” tulis Nana.

Nana pun menuliskan sebuah rumus dari kebutuhan tersebut yang menunjukkan sebuah keseimbangan, yaitu PQ=IQ+EQ+SQ.

Penjelasannya adalah PQ (Psychological Quotient) terdiri dari IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient).

Terakhir, Nana mengatakan bahwa semua orang yang berada di lingkungan seorang remaja tentu memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku mereka pada masa-masa pencarian jati diri.