Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Putri Ong Tien yang Bawa Sulam ke Indonesia

Kompas.com - 24/01/2017, 10:34 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

KOMPAS.com -- Budaya Peranakan masuk ke berbagai daerah di Asia Tenggara sejak abad 15 dan 16, termasuk Indonesia. Peranakan ini juga terjadi karena adanya akulturasi penduduk asli Tiongkong yang bermigrasi.

Di Indonesia sendiri, seperti yang dijelaskan oleh Edward Hutabarat, seorang perancang busana Indonesia, budaya peranakan sudah ada sejak abad ke-16.

"Abad ke-16, Sunan Gunung Jati (Walisongo) itu menikah dengan Ratu Ong Tien, orang asli Tiongkok," ujar Edward dalam pameran Tiga Negeri di Dia.lo.gue Jakarta, Sabtu (21/1/2017).

Dia melanjutkan, karena merupakan seorang putri, Putri Ong Tien datang ke Indonesia sambil membawa banyak barang-barang asli China seperti halnya keramik bermotif awan, guci, dan benang emas untuk di tenun.

"Namanya ratu, dia bawa tempat bedak, kaca yang berukir, jamu, sisir, kain, sutera, sirkam, dan sebagainya. Pengaruh China peranakan bukan hanya kepada sebuah tradisi, tetapi juga terhadap peradaban bangsa ini," tambah Edward.

Menariknya, apa yang dibawa oleh Ong Tien saat itu juga memengaruhi perkembangan budaya yang ada di Indonesia, seperti halnya kepiawaian orang Padang untuk menyulam, orang Betawi yang menggunakan burung hong, dan adanya songket di Palembang.

Lalu, juga ada sulam di Sumatera Barat, bordir di Pekalongan, motif batik, kuliner, bangunan dan banyak hal lain yang merupakan pengaruh dari China Peranakan.

Edward pun menyukai budaya peranakan karena penuh dengan detail yang disatukan dan menghasilkan harmoni yang indah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com