Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kita Bisa Jatuh Cinta dan Jenuh dengan Pasangan?

Kompas.com - 14/02/2017, 07:02 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis

KOMPAS.com – Industri film telah mendefinisikan cinta sejati dengan cara paling menipu sepanjang masa.

Dr Fred Nour, seorang neurolog asal California, AS, berargumen bahwa jatuh cinta merupakan proses sejumlah lapisan kimia dalam otak manusia.

Dia juga mengatakan bahwa cinta bergulir menjadi kebiasaan adalah hal yang wajar dan itu bukan berarti Anda tak lagi mencintai sang pasangan.

Pada buku terbarunya bertajuk True Love, Dr Nour mengeksplorasi sejarah cinta dan efek kimia pada tubuh manusia.

Pusat rasa cinta, kata Dr Nour, terletak pada otak. Sebab, bagian tubuh itulah yang merilis hormon-hormon bahagia dan positif.

Dia mengungkapkan bahwa ada dua hormon yang berperan dalam romansa dan cinta sejati, yaitu hormon monoamines dan nonapeptides.

Monoamines seperti dopamine yang memberikan rasa semangat dan antusias saat sedang jatuh cinta. Kondisi ini umum terjadi pada fase awal hubungan.

Namun, bukti memperlihatkan bahwa semangat jatuh cinta akan turun setelah hubungan berjalan dua tahun.

Hormon nonapeptides, kata Dr Nour, membantu rasa cinta untuk menjadi kebutuhan untuk bermonogami dan komitmen pada satu pasangan.

Dia menambahkan bahwa tawa dan intimasi merupakan penawar paling ampuh untuk pasangan yang telah melewati hubungan lebih dari dua tahun.

“Jatuh cinta itu akan menjadi sebuah kebiasaan. Anda akan bosan. Kondisi memang bergulir natural. Anda harus tetap bisa berusaha untuk mempertahankan hubungan,” jelas Dr Nour.

Kemudian, dia mengatakan bahwa banyak pasangan yang setelah fase dua tahun merasa rasa bosan dan kejenuhan itu sebagai sinyal ketidakcocokan.

“Setiap pasangan di dunia merasakan rasa bosan setelah dua tahun, penelitian telah mengujinya, Anda perlu terus mengusahakannya,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com