Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/07/2012, 12:31 WIB

KOMPAS.com - Berbelanja di toko online itu asyik, antara lain karena barang dengan model yang sama tidak tersedia dalam jumlah yang besar seperti ketika berbelanja di department store. Rasanya bangga banget bila orang mengagumi penampilan kita, dan bertanya-tanya dari mana kita menemukan koleksi pakaian semacam itu. Sampai-sampai, kita enggan berbagi pada teman di mana kita menemukannya.

Hal ini mungkin sedikit bertentangan dengan konsep social shopping yang ditawarkan toko-toko online belakangan ini. Toko-toko tersebut menjadi semacam media sosial, di mana member-nya bisa saling berbagi informasi dan pengalaman berbelanja. Kenyataannya, hampir sepertiga perempuan Inggris (31 persen) menolak berbagi info tentang temuan belanjaan mereka kepada teman-teman dan keluarga.

Dalam survei terhadap 2.000 pelanggannya, toko fashion Lovarni.com mendapati bahwa 57 persen pelanggan sengaja tidak men-tweet atau me-like pembelian barunya melalui Facebook atau Twitter. Sementara 44 persen tidak akan berbagi link tentang situs belanja yang bagus, meskipun ditanya secara spesifik sebagai rekomendasi.

Namun, jika kaum perempuan berbelanja di toko-toko ritel yang lebih besar seperti ASOS, New Look, atau Lipsy, mereka tidak keberatan memberitahu temuannya kepada teman-temannya. Soalnya, situs-situs itu sudah populer, sehingga tidak mungkin menyimpan rahasia soal itu.

Anda mungkin sudah dapat menduga mengapa kaum perempuan enggan berbagi soal lokasi belanja favoritnya. Mereka khawatir teman-teman mereka akan membeli pakaian atau aksesori yang sama (63 persen), dan karena ingin menjadi satu-satunya orang yang mengetahui hal tersebut (27 persen). Kemudian, satu dari 10 responden khawatir jika meningkatnya kepopuleran sebuah situs belanja (akibat sering berbagi) memicu kenaikan harga-harganya.

"Taktik berbagi mungkin akan berhasil pada toko-toko ritel yang lebih kecil, karena mereka seringkali memiliki penawaran diskon yang terbaik, dan kurang populer. Sedangkan situs yang lebih besar kemungkinan sudah ada dalam daftar 'favorit' kebanyakan perempuan, sehingga tidak mungkin mencoba menyembunyikannya dari orang lain," jelas founder Lovarni.com, Charlotte Webb.

Inggris saat ini memimpin dalam hal tren online shopping. Faktor pemicunya yang terbesar adalah adanya program diskon dari toko-toko online tersebut. Laporan terbaru dari konsultan digital Logan Tod & Co menunjukkan bahwa hampir separuh pembelanja (48 persen) terdorong oleh penawaran untuk menghemat uang. 

"Online shopping menjadi booming berkat situs-situs belanja yang menjual label high street dengan harga yang lebih murah. Selain itu meningkatnya perangkat yang memungkinkan mobile internet juga akan membuat tren ini akan terus meningkat," tambah Webb.

Survei dari Lovarni sendiri mendapati bahwa lebih dari separuh respondennya (54 persen) secara rutin browsing ke situsnya untuk mendapatkan baju-baju diskonan. Lebih dari dua pertiganya (69 persen) mengaku senang-senang saja berbagi info diskon itu dengan teman-temannya, sebab hal itu diyakini (oleh 47 persen responden) dapat memperkaya pengalaman belanja mereka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com