Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2012, 13:47 WIB

T:
Saya wanita 30 tahun dan ibu dari dua anak, yang paling kecil baru berusia 4 bulan. Saya bekerja sudah hampir 10 tahun. Ada keinginan untuk menjadi ibu rumah tangga saja sehingga saya bisa maksimal mengasuh buah hati, namun keuangan keluarga pasti banyak berkurang. Di satu sisi, perusahaan yang sekarang pun saya rasakan sudah tidak nyaman. Saya masih bingung antara melanjutkan karier di tempat yang baru, menjadi ibu rumah tangga saja, atau tetap bertahan bekerja di perusahaan yang lama. Mohon sarannya. Terima kasih. (Alika, 30)

J:
Hai Mbak Alika, membaca ceritanya jadi teringat dengan diri saya sendiri kira-kira empat tahun yang lalu. Saat itu saya bimbang karena akan melahirkan anak kedua. Pengalaman melahirkan anak pertama yang harus kembali kerja saat anak masih berusia 1,5 bulan tentu tidak terlalu menyenangkan. Ditambah lagi, saya bertekad anak kedua harus berhasil ASI tanpa bantuan susu formula selama dua tahun. Sehingga, keputusan tercepat tentu saja saya berhenti bekerja.

Meski demikian, kita harus sadar betul, mampukah kita secara finansial untuk berhenti bekerja secara tetap? Ada beberapa langkah yang sebaiknya Anda lakukan sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja sekarang juga.

1. Jangan langsung berhenti dari pekerjaan lama. Sekuat apa pun dorongan Anda untuk mencari pekerjaan baru, saya ingin Anda tetap realistis dan tidak berubah menjadi nafsu. Pertimbangkan siapa yang akan menanggung biaya kesehatan jika Anda berhenti bekerja, siapa yang akan membuat kontribusi ke DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) Anda, dan juga harus meningkatkan dana darurat.

2. Hitung ulang kebutuhan biaya hidup rutin dan komitmen pembayarannya. Bagi arus kas Anda dengan pos: komitmen pembayaran (cicilan), hidup rutin tetap (bayar listrik, uang sekolah anak, gaji ART, dll), hidup rutin variable (uang makan, belanja bulanan, dll). Silahkan gunakan kalkulator ZAPfin Check Up di situs www.zapfinance.co.id untuk ini.

3. Hidup dengan penghasilan 50 persen. Saat masih berpenghasilan, jangan gunakan gaji Anda untuk membiayai hidup keluarga. Coba kelola uang gaji suami saja untuk membiayai seluruh kebutuhan, termasuk pos investasi.

4. Lunasi atau kurangi utang. Tidak ada yang lebih menakutkan dibandingkan kehilangan sumber penghasilan untuk membayar cicilan utang. Oleh sebab itu, usahakan untuk mengumpulkan uang untuk mengurangi sisa saldo kredit agar cicilan bulanan berkurang. Kemudian, usahakan untuk tidak melakukan pembelian barang baru dengan sistem kredit.

Cerita saya sendiri, setelah membulatkan tekad bahwa saya harus punya usaha sendiri, selama enam bulan terakhir sebelum berhenti bekerja, saya pun mulai mengatur keuangan seakan-akan sudah tidak menerima penghasilan sama sekali. Gaji bulanan yang saya terima, langsung saya masukkan ke deposito untuk dana darurat.

Latihan ini membuat kami benar-benar tahu, berapa sebetulnya minimal penghasilan yang sanggup kami terima untuk menjalani standar hidup yang masih nyaman. Semakin lama kami bisa mentolerir “pengurangan” penghasilan, menandakan saya semakin siap beralih dari karyawan menjadi pengusaha.

Live a Beautiful Life,
Prita Ghozie (Twitter @PritaGhozie)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com