Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2013, 17:13 WIB
K. WAHYU UTAMI

Penulis

KOMPAS.com – Khasanah batik Indonesia memang sangat luas. Namun banyak warisan batik Nusantara yang masih kurang terekspos, salah satunya batik jawa. Batik jawa tidak melulu batik kontemporer dan konservatif, karena ternyata ada batik indigo yang merupakan batik dengan warna klasik yang abadi.

Dalam event Gelar Batik Nusantara 2013, Galeri Batik Jawa mengangkat tema “Batik Indigo Alam untuk Semua Musim”, yang menonjolkan kekuatan dari batik indigo. Batik ini memiliki ciri khas berupa simbol-simbol serta keindahan flora-fauna Indonesia yang menawan. Warnanya diolah dengan zat warna alami dari tumbuh-tumbuhan.

“Penggunaan batik indigo ini menjadikan batik klasik ini menjadi busana ready to wear, dan penggunaan kainnya pun beragam,” ujar Gut Puspo, pembuat pola untuk koleksi batik indigo, ketika berbincang seusai acara di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Kamis (18/7/2013).

Pria yang sudah bergelut selama kurang lebih 30 tahun di industri batik ini mengaku inspirasi untuk 40 busana yang ditampilkan kali ini didapatkan secara tiba-tiba. Banyaknya motif batik jawa membuat idenya mengalir begitu saja untuk sebuah pola pakaian.

Melalui batik indigo, Gut Puspo ingin menghidupkan kembali kearifan lokal Jawa yang sudah berabad-abad menggunakan pewarna alam yang ramah lingkungan.

“Kenapa warnanya biru, memang warna asli batik indigo klasik itu biru dari zaman dahulu kala. Karena perubahan zaman dan keinginan pasar, banyak orang yang tahunya batik itu warna dasarnya coklat,” jelasnya.

Kekuatan dari warna biru itu sendiri ada pada penggunaan pewarna dari tumbuhan liar yang hidup subur di tanah air, seperti mahoni, duwet, tingi, mangga, dan jelawe. Pewarna alami ini dipadukan dengan warna alami indigofera tinctorial sehingga menghasilkan harmonisasi warna biru kecoklatan, keabuan, kehijauan, dan kekuningan.

Pilihan warna-warna klasik ini lalu dituangkan lewat pakaian siap jadi yang simpel untuk busana wanita dan pria. Tergambar dari pola baju dengan penggunaan kain katun yang ringan, menghasilkan beberapa potongan rok, atasan, dan outwear masa kini.

“Proses pengerjaan busana ini semuanya hanya memakan waktu dua minggu, walau sebetulnya itu waktu yang kurang untuk saya. Tapi, bersyukur semua bisa selesai sesuai tenggat waktu,” papar pria yang lama bekerja di Australia untuk mengembangkan batik ini.

Dalam waktu dua minggu tersebut, ia mendapat beberapa kendala, yaitu mengenai padupadan warnanya. Apalagi motif-motif yang dipakai mempunyai corak yang kuat. Adapun motif batik jawa yang digunakan di antaranya parang, kawung, semen, nitik, lung-lungan, sekarjagad, dan beberapa pola yang sedang berlangsung masa kini.

Akan tetapi, Gut Puspo berhasil memadukannya dengan baik. Dalam satu setelan busana ia menggunakan perpaduan sekitar dua sampai tiga motif batik indigo.

“Memang susah tapi akhirnya berhasil saya aplikasikan. Pola busana sekarang juga sengaja dikhususkan untuk busana non-muslim,” ia menjelaskan.

Dari keseluruhan busana ready to wear yang ia hadirkan, Gut Puspo memiliki kiatnya sendiri. Menurutnya kekuatan pakaian siap pakai itu harus laku dijual, serta memiliki dasar kesederhanaan pola dan motif. Ia juga menegaskan, corak batik indigo ini bisa dipakai oleh semua usia, mulai dari usia 18 tahun sampai dewasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com