Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/07/2013, 13:02 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com - Ngemil sepertinya sudah jadi kebiasaan semua orang. Orangtua, remaja, sampai anak-anak, pasti suka ngemil. Selama masih dalam batas yang wajar, ngemil sebenarnya termasuk sehat. Tetapi bagaimana dengan anak-anak, yang belum dapat membatasi diri saat ngemil?

"Banyaknya varian camilan yang beredar di pasaran dengan berbagai bentuk dan warna yang menarik membuat anak-anak jadi tergoda untuk membeli. Padahal ini belum tentu sehat," ungkap Prof Hardinsyah, Ketua Pergizi Pangan Indonesia, saat peluncuran GoVit di fX Sudirman, Jakarta, Senin (29/7/2013) lalu.

Ia memaparkan, menurut survei yang dilakukan BPOM pada tahun 2011 lalu, 35,5 persen jajanan anak di sekolah ternyata tidak memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan. Padahal dalam usia sekolah, anak membutuhkan gizi dan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. Di sinilah peran orangtua dalam menentukan kesehatan dan perkembangan anak.

Lalu apa dampak buruknya bila anak ngemil sembarangan tanpa pengawasan orangtua?

1. Gizi tak seimbang
Kadang orangtua membiarkan anak lebih banyak ngemil dibanding makan. "Daripada anak nggak makan, mendingan dia ngemil saja." Mungkin banyak yang berpikiran seperti itu. Namun
kondisi ini harus diwaspadai. 

Anak yang terlalu banyak makan camilan yang tak terjamin kadar gizinya akan mengalami masalah pertumbuhan. Yang lebih bahaya, camilan yang beredar di pasaran banyak mengandung bahan pengawet, zat pewarna, penyedap rasa, dan lain sebagainya.

"Idealnya, camilan itu hanya sebagai selingan. Dan frekuensinya tidak lebih dari frekuensi makan besar harian," papar dokter spesialis anak, dr Rifan Fauzie, SpA, dalam acara yang sama.

2. Pola makan terganggu
Terlalu banyak ngemil akan mengganggu pola makan anak. Parahnya, si anak mungkin jadi lebih suka ngemil daripada makan besar. Karena sudah banyak ngemil, anak sudah merasa kenyang duluan sebelum makan nasi. Padahal gizi yang ada di dalam camilan tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi untuk pertumbuhan anak.

"Satu dari tiga anak Indonesia mengalami masalah tinggi badan yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena kurang gizi saat usia tumbuhnya," jelas Prof Hardin.

3. Dampak kesehatan langsung
Kadar gula serta lemak yang tinggi juga jadi masalah utama pengganggu gizi dan tumbuh kembang anak. Kedua bahan dalam camilan ini bisa menyebabkan anak-anak mengalami obesitas (kegemukan) dan atau diabetes.

Selain dua penyakit ini, penyakit yang mungkin timbul akibat terlalu banyak menyantap camilan tak sehat adalah hipertensi, kolesterol, dan jantung. "Jangan pikir anak-anak tak bisa terkena hipertensi. Kandungan garam yang terlalu tinggi dan menumpuk di dalam tubuh bisa membuat anak jadi hipertensi," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com