Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2013, 11:03 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah syal yang biasanya menjadi aksesori perempuan dalam berpenampilan, menjadi simbol sarat makna dari sebuah gerakan pemberdayaan perempuan. Setiap perempuan, di belahan dunia mana pun memiliki kebiasaan memakai syal, dengan ragam bentuk, model, dan fungsinya. Syal kemudian menjadi simbol pemersatu perempuan, untuk saling mendukung dan peduli demi terciptanya kehidupan lebih layak bagi perempuan di seluruh dunia.

"A Shawl for All Women" menjadi gerakan kemitraan untuk membantu perempuan dunia lebih berdaya melalui seni, tradisi, dan budaya. Gerakan yang digaungkan oleh Maritage International, sebuah inisiatif nirlaba yang memiliki perwakilan di 16 negara anggotanya.

Adalah Ludy Suryantoro, pria asal Indonesia yang menjadi konseptor Maritage dan saat ini menjabat sebagai Senior Advisor to Assistant Director General for Health Security and Environment, World Heath Organization (WHO).

Sebuah pertemuan badan PBB dan kemitraan PBB pada 2010, melahirkan ide awal Maritage atas pemikiran Coumba Coutre, pendiri Advanced Development for Africa (ADA) yang merupakan anggota kemitraan PBB. Pertemuan ini kemudian menunjuk Ludy untuk mengembangkan konsep. Lalu pada 14 Mei 2013 lahirlah Maritage International dengan ADA sebagai pengawasnya.

Maritage atau Multicultural Art & Heritage for Development kemudian lahir di berbagai negara. Mulai Selandia Baru dan Qatar, hingga Australia, Kanada, Perancis, Jepang, Kenya, Filipina, Mali, Malaysia, Belanda, Swiss, Singapura, Tanzania, Amerika Serikat, Inggris, dan pada 27 Agustus 2013, Maritage Indonesia resmi diluncurkan di Hotel Kempinski Jakarta. Berikutnya akan bergabung Bhutan dan India, dan beberapa negara lain demi tercapainya target berdirinya Maritage di 193 negara pada 2015.

Syal sarat makna
Maritage dengan shawl sebagai simbol sisterhood di dunia, akan menjadi jembatan terutama bagi negara berkembang untuk menunjukkan potensi negaranya. Juga untuk membentuk kerjasama demi terciptanya kehidupan lebih baik di setiap negara. Fokus utamanya adalah pemberdayaan perempuan, selain pelestarian warisan budaya yang juga menjadi perhatian.

Ludy juga menceritakan simbol shawl yang diciptakannya untuk mewakili gerakan ini.

"Saat diminta membuat konsep oleh UN Partnership, saya jalan ke 80 negara. Saya melihat perempuan di berbagai negara mengenakan shawl. Perempuan terindentifikasi dengan shawl meski fungsinya bisa berbeda-beda. Shawl merupakan simbol universal dari perempuan, juga sebagai simbol sisterhood. Simbol untuk perempuan saling bekerjasama," jelasnya.

Chossy Latu, desainer yang juga Ketua II Maritage Indonesia mengatakan di Indonesia nantinya akan ada rancangan syal dari batik dan tenun untuk dijual kepada umum. Dana hasil penjualan syal ini akan digunakan untuk membiayai berbagai program pemberdayaan perempuan dan pelestarian seni budaya Maritage Indonesia.

Syal asal Indonesia ini juga lah yang akan dibawa saat Maritage Internasional menggelar pertemuan dunia. Setelah meresmikan Maritage Indonesia, pada November 2013 Maritage International menggelar pertemuan tingkat dunia di New York untuk mengkampanyekan Program Partnerships for Women Empowerment "A Shawl for All Women".

Pada kesempatan tersebut, Indonesia juga akan hadir bahkan menjadi bagian penting dari penyelenggaran kegiatan Maritage International. Talenta kreatif dari Indonesia dipercaya menjadi penyelenggara kegiatan Maritage International di New York, Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com