Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Investasi Berupa Emas Tak Lagi Bersinar

Kompas.com - 29/04/2015, 17:44 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com — Ketika berbicara tentang investasi, apa yang ada di dalam benak Anda? Sebagian wanita biasanya akan menyebutkan properti atau emas sebagai pilihan instrumen investasi terbaik. Sebab, memang umumnya wanita menyukai investasi emas berwujud emas batangan hingga yang telah diolah menjadi perhiasan seperti kalung atau gelang.

Namun, sebenarnya menguntungkankah investasi dalam bentuk emas? Nawi Ho, Head of Planning Investment Management PT Asuransi Sinarmas MSIG, mengatakan, ternyata saat ini harga emas sedang mengalami penurunan luar biasa.

"Emas lagi turun luar biasa. Kalau punya uang Rp 100 juta, harga emas dan rumah bisa mirip. Namun, kalau kondisi ekonomi lagi down trend sehingga ekonomi mengerem dan pertumbuhan ekonomi rendah, di situ seharusnya kita pegang karena harga emas dan properti bagus," papar Nawi dalam seminar investasi di Hotel Novotel Semarang, Jumat (24/4/2015).

Lebih lanjut, Nawi menjelaskan, emas dan properti merupakan obyek investasi yang sifatnya melindungi. Namun, perlu diperhatikan bahwa harga emas tidak akan menarik ketika pertumbuhan ekonomi negara sedang mengalami peningkatan. Sebaliknya, investasi sahamlah yang malah merupakan pilihan yang menarik.

"Saat ekonomi tumbuh yang ditandai dengan inflasi yang rendah, maka investor asing banyak yang masuk. Saat itu investasi emas tidak menguntungkan, tapi sebaliknya bisa pilih reksadana yang isinya bisa saham, bisa juga obligasi. Harga emas saat itu turun. Kondisi ekonomi global bisa lagi goyang, tapi iklim investasi kita lagi baik," tutur Nawi.

Pada tahun 2015 ini, kata Nawi, indikator perekonomian Indonesia sedang berada dalam kondisi baik. Oleb sebab itu, Anda tidak disarankan membeli emas karena bunganya akan sangat kecil. "Harga emas akan turun, kecuali misalnya ekonomi Amerika Serikat lagi jeblok. Sekarang ekonomi AS sedang pulih. Investasi yang tepat adalah saham dan obligasi," tegas Nawi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com