Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul Batik Cap dan Digital, Adakah Pergeseran Nilai Budaya pada Batik?

Kompas.com - 04/06/2015, 18:00 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

 


KOMPAS.com -
Batik saat ini telah mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Ramai-ramai, bangsa Indonesia mulai bangga menggenakan kain bercorak yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya bangsa ini. Namun, seiring dengan permintaan terhadap batik yang kian meningkat, timbul fenomena baru yakni batik cap dan digital yang diproduksi secara massal.

Seiring kemajuan, timbul juga kecemasan saat batik diproduksi dalam jumlah besar dengan teknik cap dan digital. Kecemasan akan terjadinya pergeseran nilai budaya pada batik itu sendiri. Apalagi, belakangan diketahui, batik cap atau digital juga banyak diproduksi di negeri Tiongkok, yang mana bukan diolah di Indonesia.

Menjawab permasalahan tersebut, Ratna Panggabean, wanita yang terkenal dengan komitmennya melakukan pemberdayaan budaya serta kerajinan di Indonesia sejak tahun 1975, mengungkapkan pendapat pribadinya, "Banyak orang yang anti dengan batik digital. Namun itu ada karena permintaan pasar yang tinggi," ujar Ratna pada acara peluncuran BII Sukma Awards di Sentral Senayan, Jakarta (2/6/2015).

Menurut Ratna, ketika Tiongkok turut menjual batik dengan teknik digital, sebenarnya hal tersebut terjadi lantaran permintaan di Indonesia yang sudah teralu tinggi dan tak dapat ditampung lagi. "Pangsa pasar batik produksi Tiongkok dengan Indonesia memang berbeda. Begitu pula dengan pangsa pasar batik digital dengan batik tulis. Batik tulis masih terbilang tinggi dari segi permintaan," ujar Ratna.

Ratna yang aktif melihat perkembangan tekstil di Indonesiaa kemudian mencoba memberikan contoh dengan seragam sekolah batik. Apabila dibuat dari batik tulis, hal tersebut sungguh tak memungkinkan mengingat proses pembuatan batik tulis yang rumit dan memakan waktu lama hingga dibanderol dengan harga tinggi.

Untuk urusan pergeseran nilai budaya pada batik, Ratna mengingatkan corak batik memang dibagi menjadi dua, yakni corak yang dibuat khusus untuk upacara budaya, contohnya corak batik dari Keraton Yogya dan corak batik yang dijadikan komoditas dagang seperti misalnya corak batik pesisir dari Pekalongan. Jadi, memang sudah ada pembagiannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com