Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/08/2016, 17:11 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.comWorkaholic atau "gila kerja" mulai meraja dunia kerja. Demi mengejar karir, banyak karyawan menghabiskan waktu di kantor, kadang sampai larut malam.

Di akhir pekan beberapa karyawan malah terlihat masih berseliweran di kantor utnuk mengerjakan "ini-itu". Cuti tahunan dari perusahaan pun kadang tak disentuh sama sekali. Pokoknya kerja, kerja, dan kerja. Tak ada waktu berlibur.

Familiar dengan fenomena itu di sekitar Anda? Hati-hati, survei Project: Time Off tahun 2015 di AS membuktikan bahwa menghabiskan lebih banyak waktu di kantor tidak menjamin kenaikan gaji atau promosi jabatan.

Pekerja yang mengambil cuti kurang dari 10 hari per tahun jarang mendapat kenaikan gaji, apalagi kenaikan jabatan. Sebaliknya, orang yang memanfaatkan cuti tahunan 11 hari atau lebih kemungkinan besar memiliki karir cemerlang dan kenaikan pendapatan.

"Pelatih atlet profesional manapun tahu bahwa istirahat sejenak dari lapangan tanding diperlukan untuk mengisi ulang tenaga," kata Direktur Pengelola Project: Time Off, Gary Oster dikutip fortune.com, Kamis (14/7/2016).

Hal tersebut, ujar Oster, wajib dilakukan agar para atlet bisa mengeluarkan performa terbaik mereka.

"Kita sebagai pekerja pun sama," lanjut dia.

Namun, tren berlibur di kalangan pekerja AS mulai mengalami penurunan sejak tahun 2000. Dari 1978 sampai 2000, rata-rata karyawan menghabiskan 20,3 hari cuti per tahun. Angka ini turun menjadi 16,2 hari per tahun pada 2015. Mengapa?

Pertimbangan demi pertimbangan direnungkan karyawan sebelum memutuskan berlibur. Sekitar 40 persen responden mengaku khawatir pekerjaan semakin menumpuk jika ditinggal cuti.

THINKSTOCKPHOTOS Sebenarnya, liburan penting dilakoni pekerja karena punya efek relaksasi sehingga tubuh dan pikiran kembali segar saat bekerja.

Sekitar 22 persen mengaku mereka ingin menyandang gelar sebagai karyawan "tak tergantikan", sementara 28 persen lainnya mau mengorbankan waktu cuti agar terlihat lebih berdedikasi terhadap perusahaan dan pekerjaan.

Nyatanya, mayoritas manajer pengelolaan sumber daya manusia atau sebanyak 77 persen mengakui karyawan yang memanfaatkan waktu libur memiliki produktifitas lebih tinggi.

Cuti memang disediakan perusahaan agar karyawan dapat kembali bekerja dengan pikiran dan tubuh yang sehat. Ide-ide dan semangat baru diharapkan lahir sehingga perusahaan semakin maju.

Sebenarnya, karyawan sudah sadar akan manfaat cuti tersebut. Sebanyak 90 persen pekerja AS merasa cuti memberi efek relaksasi dan mampu mengisi tenaga.

Hari libur jadi kesempatan 88 persen responden untuk melakukan beragam aktivitas kesukaan. Bahkan, 85 persen dari mereka merasa bahagia setelah berlibur.

Rencanakan

THINKSTOCKPHOTOS Menghindari perkerjaan menumpuk saat kembali dari cuti, lebih baik rencanakan waktu liburan sebaik-baiknya.

Jika Anda termasuk golongan yang masih ragu atau sungkan mengambil cuti, sebaiknya lakukan perencanaan matang mulai jauh-jauh hari.

Kabari atasan dan kolega lebih awal, katakan alasan dan rencana liburan Anda. Dengan begitu mereka akan melakukan penyesuaian deadline pekerjaan dengan jadwal Anda.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com