Latar Belakang Etnis Masih Jadi Patokan Seseorang saat Mencari Pasangan

KOMPAS.com - Situs perjodohon secara online semakin digemari dari waktu ke waktu. Sifatnya yang praktis dan cepat, membuat situs yang populer dengan istilah online dating ini menjadi pilihan untuk sebagian orang dalam mencari pasangan hidup.  

Salah satu kelebihan dari situs perjodohan di dunia maya adalah kelengkapan data dari pasangan potensial. Umumnya, situs ini memperkenalkan para anggota, lengkap dengan informasi mengenai usia, agama, budaya, dan status ekonomi.

Namun, ternyata tidak semua anggota situs kencan dapat menerima perbedaan asal usul dari pasangan potensial yang diajukan. Sebab, menurut sebuah studi, meskipun zaman telah modern, masih banyak orang yang mencari pasangan berdasarkan kesamaan etnis dan budaya. Situasi ini lebih sering ditemukan pada wanita ketimbang pria.

Mengenai hal yang demikian, Co founder dan Chief executive dari situs kencan OkCupid, Christian Rudder, menekankan bahwa ajang perjodohan di situs kencan bukan contoh dari cerminan perilaku rasis di era modern.

''Seseorang tidak dapat mengontrol siapa yang mereka sukai. Aku berpikir pada faktanya, ras atau etnis adalah faktor seksual yang patut dipertanyakan lebih lanjut,'' terangnya.

Rudder juga mengatakan bahwa adanya perbedaan pada tren pemilihan etnis ini. Menurutnya, dalam situs OkCupid, pria berkulit hitam lebih menyukai wanita Amerika latin dan Asia. Namun, wanita Amerika Latin lebih memilih pria berkulit putih, daripada dari etnis mereka sendiri.

Dari data yang dikumpulkan pada lebih dari tiga juta anggota OkCupid, ternyata usia juga menjadi pertimbangan utama. Wanita lebih suka dengan pasangan yang berusia sama, tapi pria dari berbagai usia lebih tertarik dan mengincar wanita berusia 21 tahun.

Kemudian, untuk menakar tingkat kecocokan antara pria dan wanita, sebagian besar anggota situs OkCupid sepakat bahwa pertanyaan seputar jenis film horor favorit dan destinasi liburan favorit dapat memantulkan pribadi seseorang secara garis besar.