KOMPAS.com – Sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang dibesarkan oleh orangtua bercerai bisa mengalami trauma yang terus terbawa hingga mereka dewasa. Tak ayal, meskipun tak memperlihatkan “kelainan” saat fase tumbuh kembang, tapi perceraian orangtua membuat mereka tidak percaya diri terutama soal hubungan cinta.
Menurut Nancy Pina, Relationship Coach, mereka yang tumbuh dengan orangtua bercerai merasakan kepahitan bahwa hubungan pernikahan bukan pelabuhan akhir dari hubungan antar dua anak manusia.
Menurut Tammy Nelson, PhD, penulis buku The New Monogamy: Redefining Your Relationship After Infedility, menjelaskan bahwa umumnya anak dengan orangtua yang bercerai dan tidak memiliki hubungan baik setelah perceraian, bisa membentuk anak jadi tidak percaya akan pernikahan. Namun, jika hubungan orangtua masih baik dan saling menghargai, maka hal yang demikian tidak akan terjadi pada anak.
Kemudian, anak yang mengalami perceraian orangtua yang kurang baik, memiliki sikap menghindari komitmen serius dengan pasangan. Sebab, trauma dan kekhawatiran bahwa hubungan tersebut berakhir buruk menjadi alasan utama yang melatari sikap serta penolakan pada dirinya.
Selain itu, penerimaan mereka terhadap ketulusan cinta seseorang cenderung lemah dan tidak percaya bahwa orang lain bisa mencintainya dengan sepenuh hati. Maka dari itu, Nelson menyarankan, agar orangtua yang telah bercerai dan sedang dalam proses perceraian, pastikan tetap berkomunikasi dengan pasangan secara baik di depan anak.
Sebab, segala hal yang dialami dan disaksikan anak saat usia tumbuh kembang, biasanya berakhir menjadi memori yang sulit untuk dilupakan, terutama kala mereka menginjak usia dewasa.