Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geram Wanita Selalu Disalahkan, Seorang Seniman Ciptakan Jubah Anti-pemerkosaan

Kompas.com - 05/10/2015, 20:28 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

 

KOMPAS.com — Jubah hitam dengan gambar pita dan bertuliskan "Anti Rape Cloak", atau jika diterjemahkan memiliki arti "Jubah Anti-pemerkosaan", bukanlah bagian dari tren mode atau gaya teranyar untuk musim mendatang. Jubah hitam ini adalah karya seorang seniman Inggris, Sarah Mapple, yang merasa geram dan ingin menyindir masyarakat atas jumlah kasus pemerkosaan yang terus meningkat.

"Ini selalu membuatku marah, ketika korban pemerkosaan selalu dibuat merasa bahwa ini salah mereka. Bahkan, terkadang mereka dituding seperti mengundang sendiri," ujar Mapple kepada The Huffington Post.

Mapple mengatakan, dia sangat sering membaca berita universal yang percaya bahwa kasus pemerkosaan sebenarnya dapat terhindar apabila wanita mengenakan busana tertentu. "Sudah tak aneh jika wanita didorong untuk menjadi sosok yang seksi. Kita diberi tahu oleh media bahwa sisi seksi wanita memiliki nilai dan berharga. Tetapi, ketika kita berbusana seksi, kita lantas berpotensi jadi korban pemerkosaan," ujarnya.

Sebagai seniman yang lahir dari orangtua kelahiran Inggris-Iran, Mapple pun tumbuh dalam keluarga yang menganut dua agama berbeda. Namun, apa yang terjadi pada wanita dan bagaimana wanita selalu menjadi obyek negatif sangat bertentangan dengan nilai-nilai di kedua agama orangtuanya tersebut.

"Ini kontradiksi yang membuat saya marah!" ucapnya.

Lewat karyanya ini, Mapple justru tak menyarankan wanita mengenakan jubahnya. "Orang-orang boleh saja mengenakan apa yang dia mau tanpa harus takut diperkosa. Kita tak boleh memaksa wanita untuk berbusana tertutup," terangnya.

Sebaliknya, Mapple mengungkapkan pentingnya untuk mengedukasi orang banyak tentang kasus pemerkosaan, bukannya justru berfokus tentang apa yang dikenakan oleh wanita untuk mencegah pemerkosaan. "Ini semua tentang membuat suara dan tak hanya diam. Aku harap orang-orang dapat terinspirasi, lebih aktif, dan lebih bersuara lagi," sebutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com