Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Tidak Ada yang Sempurna, Berhentilah Menyalahkan Diri Sendiri

Kompas.com - 13/10/2013, 19:30 WIB
D. Syafrina Syaaf

Penulis

KOMPAS.com – Berpikir positif dan bermental baja, bukanlah hal yang dapat otomatis dilakukan semua orang kala menghadapi masalah.

Mengapa ini terjadi pada diri saya? Apa salah saya hingga mengalami hal seperti ini? Ketika seseorang sedang tertimpa kesulitan, wajar-wajar saja bila pertanyaan seperti ini terlontar dari mulut.

“Bagaimana kita menjawab pertanyaan ini akan memperlihatkan kekuatan kita, apakah bangkit dengan cepat, atau malah dilumpuhkan oleh rasa duka”ujar Jefferey Rossman, PhD, dalam bukunya The Mind-Body Mood Solution.

Pernyataan tersebut ditambahkan oleh Fika Frahesti Yunita, Mpsi, Psikolog dari Rumah Sakit Royal Progress, Sunter, Jakarta Utara, seperti yang tertulis pada Majalah Prevention, bahwa rasa marah terhadap diri sendiri, keadaan, atau malah orang lain yang dianggap sebagai penyebab masalah adalah bagian dari proses yang harus dihadapi.

“Pertanyaannya, sampai kapan kita mau terus marah atau menyalahkan orang lain? Yang terpenting dari proses ini adalah kita berubah, dari marah atau menyalahkan, menjadi menerima’’ jelas Fika. Kecenderungan untuk marah atau menyalahkan orang lain saat mengalami kejadian buruk, lanjut Fika, bersumber pada kualitas pribadi setiap orang.

Mereka yang berkepribadian tangguh biasanya hanya marah atau menyalahkan orang lain dalam waktu singkat. Kemudian mereka terus maju, menerima dan berusaha mengatasi masalahnya. Sementara mereka yang kurang tangguh, cenderung terus menyalahkan pihak lain, lari dari masalah dan menganggap sebagai ancaman baginya.

“Orang yang berkepribadian tangguh akan melihat masalah sebagai akibat perbuatannya dan dapat dikendalikan olehnya. Atau, sebagai suatu komitmen yang membuatnya harus terlibat langsung mengatasi masalah. Masalah juga bisa dianggap sebagai tantangan untuk menjadi pribadi yang lebih baik’’ tutur Fika.

Untuk dapat mencapai menjadi seseorang yang lebih baik tersebut, tentu ada rangkaian tahap yang perlu dilalui. Ikuti saran Rossman berikut ini:

Mau Memaafkan. Singkirkan semua amarah dan maafkan orang yang menyakiti kita tanpa harus banyak menghakimi. Tindakan memaafkan bukanlah untuk membenarkan tindakan pihak yang menyakiti Anda.

Jangan lagi jatuh ke lubang yang sama. Anda boleh memaafkan orang tersebut, tapi selanjutnya perlu mengevaluasi diri mengapa masalah ini terjadi dan langkah apa saja yang bisa ditempuh agar situasi atau orang yang sama tidak menyulitkan Anda lagi. Cari tahu cara mencegahnya agar Anda tidak jatuh ke dalam masalah serupa di masa nanti.

Yang terpenting maafkan diri sendiri. Jika selama ini kita selalu keras mengkritik diri sendiri, luangkan waktu untuk mengambil napas dan berpikir. Terimalah bahwa Anda telah membuat kesalahan dan mungkin gagal, dan hal itu bisa saja dialami oleh orang lain. Katakan pada diri sendiri, meski saya telah melakukannya (apapun kesalahan itu), saya tetap menerima diri sendiri.

Selamat mencoba!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com