Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Cinta Berisi Curahan Hati Istri untuk Mendiang Suami

Kompas.com - 16/11/2013, 11:02 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

Sumber viralnova
KOMPAS.com — Salah satu hal paling sulit dihadapi dalam hidup adalah kehilangan pasangan yang sangat dicintai. Baik itu istri yang ditinggal mati suami atau sebaliknya, kematian adalah peristiwa dukacita yang sangat memilukan dan membuat patah hati.

Saking dalamnya kesedihan yang dirasakan, ada banyak efek yang ditimbulkan bagi orang yang ditinggalkan. Dalam salah satu penelitian terhadap laki-laki dan perempuan yang telah kehilangan pasangannya, psikolog klinis di Teachers College, George A Bonanno, mengungkapkan bahwa gejala paling parah dari ditinggal mati oleh pasangan adalah kesedihan, kecemasan, depresi, shock, pikiran terganggu, dan perilaku membatasi diri.

Sekalipun dukacita tak boleh berlarut-larut, tampaknya kematian sering kali membawa duka yang panjang dan parahnya membuat membuat pasangan yang ditinggalkan jadi depresi dan hidupnya hancur berantakan.

Banyak cara untuk mengekspresikan rasa duka, salah satunya lewat surat cinta yang sangat romantis. Hal itu dilakukan oleh seorang wanita yang ditinggal mati suaminya ketika ia sedang hamil. Surat yang ditulis 500 tahun lalu (1582) di Korea ini ditujukan untuk sang suami Eung Tae-lee yang meninggal pada usia 30 tahun.

Dalam surat cintanya, janda ini menuturkan semua isi hati, cinta, dan menagih janji-janji indah yang pernah diungkap Lee kepadanya. Karena kesedihannya, hidupnya jadi berantakan. Ia bahkan rela menganyam sebuah sandal dengan penuh cinta. Sandal yang dikubur bersama tubuh Lee dan surat cinta ini dibuat dari anyaman tali rami dan rambut si istri yang patah hati.

"Untuk ayah Won (nama sang anak)

1 Juni 1586,

Kau selalu berkata, "Sayang, kita akan hidup bersama-sama sampai rambut kita memutih dan kita juga akan mati pada hari yang sama." Tapi ternyata kau lebih dulu pergi meninggalkan aku. Kepada siapa aku dan anak kita harus bertanya dan bagaimana kami bisa hidup? Bagaimana mungkin kau pergi sebelum aku?

Bagaimana mungkin kau membawa hatiku padamu dan bagaimana aku bisa memberi hatiku padamu? Ketika kita sedang bersantai bersama, kau selalu berkata, "Sayang, apakah ada orang lain yang bisa menghargai dan saling mencintai seperti yang kita lakukan? Apakah mereka benar-benar seperti kita?" Bagaimana mungkin kau pergi sebelum aku?

Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu. Aku hanya ingin pergi bersamamu. Bawalah aku bersamamu ke tempat kau berada. Perasaanku kepadamu tidak akan bisa ku lupakan di dunia ini, dan kesedihan ku tak terbatas. Di mana aku harus meletakkan hatiku saat ini, dan bagaimana aku bisa hidup bersama dengan anak yang selalu merindukanmu?

Bacalah surat ini dan ceritakanlah dengan detail di dalam mimpiku. Aku hanya ingin mendengarkan kata-katamu dalam mimpiku, sama seperti pesan yang kutulis dalam surat ini. Lihatlah baik-baik dan katakan kepadaku.

Ketika anak kita sudah lahir ke dunia, siapakah yang harus dipanggilnya ayah? Siapakah yang bisa membayangkan bagaimana perasaanku saat itu? Tidak ada tragedi yang seperti ku alami di dunia ini.

Kau hanya berada di tempat lain, tapi tak sepertiku yang ada di tempat penuh penderitaan. Tak ada batasan dan cara untuk mengakhiri penderitaanku dengan bahasa yang kasar. Bacalah surat ini dan datang kepadaku dalam mimpi. Tunjukkanlah dirimu dan beri tahu aku. Aku percaya kalau aku akan melihatmu dalam mimpi. Datanglah kepadaku dengan diam-diam dan tunjukkan wajahmu. Semua kata-kataku untukmu ini tak akan ada habisnya, tapi aku berhenti di sini."


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com