Kecerdasan majemuk meliputi: Kecerdasan Bahasa; Logika matematika; Interpersonal; Intrapersonal; Visual spasial; Spiritual; Musik; Fisik; Alam.
Anak Anda mungkin cerdas dalam matematika, tetapi apakah ia sudah menjadi anak yang utuh dengan memiliki delapan kecerdasan lainnya dalam dirinya? Apakah setiap kecerdasan tersebut terlatih dengan baik oleh orangtuanya atau orang dewasa yang mengasuhnya?
Inda Helen, Fasilitator Resourceful Parenting Indonesia (RPI) mengatakan seberapa cerdas anak Anda tergantung stimulus yang diberikan kepadanya.
"Satu sel otak punya kemampuan menyambung 15.000 sel otak lainnya. Untuk menyambung butuh stimulus. Stimulus inilah yang memengaruhi kecerdasan anak," kata Inda, dalam Focus Group Discussion bersama RPI di Jakarta.
Untuk bisa memberikan stimulus tepat dalam rangka melatih kecerdasan majemuk anak, tentunya orangtua perlu belajar. Orangtua perlu melatih dirinya sendiri, melatih otaknya.
"Kita, orangtua, adalah desainer otak kita sendiri. Kalau mau mencerdaskan anak maka latih otak kita. Otak anak adalah rancangan kita," tuturnya.
Orangtua atau orang dewasa juga lingkungan masyarakat perlu memahami bahwa mereka punya pengaruh yang besar terhadap perkembangan kecerdasan anak.
Jadi, kalau orangtua menyadari ada yang kurang dengan dirinya, merasa tak punya kemampuan atau pengalaman banyak dalam mengasuh anak misalnya, orangtua harus mau belajar. Orangtua harus mencari tahu apa yang harus dikuasainya supaya bisa memberi dukungan tepat kepada anak-anak dalam mengembangkan kecerdasan majemuk.
"Saat menyadari ada yang kurang, kalau kita mau belajar maka anak pun mau belajar," kata Inda.
Selama orangtua mau merangsang sel otak dengan terus belajar, mencari pengetahuan baru, sel otak takkan mati malah justru bertumbuh. Ketika kecerdasan orangtua meningkat maka anak pun mampu mengembangkan kecerdasan majemuknya lebih optimal.