Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangankan Orang Dewasa, Anak Balita Juga Tak Suka Berteman dengan Si Tukang Mengeluh

Kompas.com - 18/01/2015, 20:00 WIB
Kontributor Female, Agustina

Penulis


KOMPAS.com –
Memiliki teman yang hobi mengeluh bukan sesuatu yang menyenangkan, terutama ketika Anda sudah berteman sekian lama dengan dirinya. Ternyata, sifat mengeluh ini bukan hanya dibenci oleh orang dewasa, tapi juga anak kecil.

Menurut penelitian, anak-anak balita memiliki kemampuan alamiah dalam membaca sifat-sifat alamiah teman sebayanya. Mereka dapat membedakan mana teman yang pemarah dan mana yang suka mengeluh. Ternyata, anak balita tidak suka dan memiliki sedikit empati pada teman yang hobi mengeluh dan cepat menangis.

Dalam proes penelitian, para ilmuwan dari Max Planck Institute for Evolutionary Antropology di Leipzig, Jerman, mempelajari 24 anak perempuan dan 24 anak lelaki. Kisaran usia mereka terbentang dari angka 36 hingga 39 bulan. Masing-masing dari mereka diwajibkan berinteraksi dengan dua orang dewasa.

Pada periode interaksi, kedua orang dewasa ini diminta untuk memberikan reaksi wajah merintih, kecewa, dan cemberut terhadap sesuatu yang nyata dan sesuatu yang dilebih-lebihkan.  

Satu kesempatan, orang dewasa pertama kejatuhan kardus dan kotak berat sehingga menyebabkan tangan memar dan bengkak. Pada kesempatan lainnya, kemeja orang dewasa kedua tersangkut pintu sehingga menyebabkannya marah dan kesal berkepanjangan.

Kemudian, para responden anak-anak ini diminta untuk membagikan kelereng pada dua orang dewasa yang bermasalah tersebut di atas. Hasilnya, anak-anak lebih banyak berbagi kelereng pada orang dewasa yang kejatuhan kardus dan terluka, ketimbang pada orang dewasa yang kemejanya tersangkut dan marah-marah.

Pada pernyataan yang dirilis oleh American Psychological Association (APA), situasi ini menujukkan bahwa anak-anak memiliki perhatian dan kepedulian tinggi pada mereka yang benar-benar tertimpa musibah dibandingkan mereka yang suka melebih-lebihkan keadaan yang sesungguhnya.

“Penelitian ini membeberkan kebenaran bahwa anak berusia tiga tahun bisa mengevaluasi kondisi yang beralasan dan yang berlebihan. Kemudian, hasil evaluasi itu yang menggerakkan mereka untuk memberikan pertolongan atau tidak,” terang Robert Hepach, salah satu ilmuwan yang turut meneliti isu ini di Max Planck Institute.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com