Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2013, 09:41 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com - Anda pasti gemas kalau melihat seorang anak yang bertubuh gemuk dan montok. Pipinya yang chubby pasti membuat Anda terus ingin mencubitnya.

Ketika anak masih kecil, wajar saja jika tubuh gemuknya membuat mereka terlihat menggemaskan. Akan tetapi tidak demikian jika mereka sudah beranjak dewasa.

"Sebanyak 2/3 anak usia enam tahun yang punya tubuh gemuk akan mengalami masalah obesitas ketika dewasa," ungkap Prof Hardiansyah, Ketua Pergizi Pangan Indonesia, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Seperti diketahui, obesitas bisa membahayakan kesehatan dan memengaruhi kondisi psikologis anak ketika ia dewasa. Hal ini berarti orangtua harus lebih memerhatikan kondisi dan pola makan anak sejak mereka masih kecil.

1. Perubahan perilaku makan
Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak  baik. Maka berikan anak-anak makanan atau minuman sesuai kebutuhan.

"Jangan biasakan anak makan berlebihan sejak kecil dan menyantap makanan serta camilan yang tak sehat. Jika diperbolehkan terus-menerus maka ini akan menjadi pola hidup dan kebiasaan tak sehat yang dibawa sampai ia dewasa," katanya.

Untuk itu, Hardiansyah menyarankan untuk membantu anak membentuk perilaku makan yang sehat sejak dini, khususnya di usia balita.

2. Biasakan sarapan
Sarapan punya manfaat untuk tubuh. Salah satunya membantu metabolisme dan mengatur gula darah agar tetap stabil. Sarapan juga akan membantu Anda untuk menjaga bobot tubuh konstan. Hal ini juga berlaku untuk anak-anak. Pada anak-anak, sarapan akan membantu mereka lebih berenergi, tidak lemas saat harus mengikuti pelajaran di sekolah, dan tidak makan berlebihan.

3. Mencuci tangan
Hal ini memang sepele, tapi sayangnya sering diabaikan. Padahal mencuci tangan sebelum makan bisa menghindarkan anak dari bahaya sakit perut dan diare. "Pola hidup sehat termasuk mencuci tangan sebelum makan juga harus dibiasakan sejak kecil," imbuhnya.

4. Berikan camilan sehat
Jangan buru-buru melarang anak untuk ngemil. Dokter spesialis anak, dr Rifan Fauzie, SpA, mengungkapkan bahwa sebenarnya snacking atau ngemil itu sehat, asalkan pilihan camilannya tepat.

"Bila anak merasa lapar namun belum masuk jam makan utama, maka bisa disiasati dengan ngemil. Idealnya, camilan yang harus dipilih haruslah yang bersifat mengenyangkan sementara. Pola ngemil pada anak tak boleh lepas dari perhatian orangtua. Karena seringkali porsi ngemil lebih banyak dari makanan utama," jelasnya.

Orangtua diharapkan bisa memilih camilan yang sehat, kaya manfaat, serta mengandung zat yang mendukung tumbuh kembangnya. "Pilihan camilan yang tepat juga akan membantu mengendalikan berat badannya," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com