Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Berartikah Kata “Sayang” dan “Maaf” Kala Ibu Telah Tiada?

Kompas.com - 22/12/2013, 12:55 WIB
Christina Andhika Setyanti

Penulis

KOMPAS.com - Mama, ibu, bunda, atau mami adalah sebutan yang awam digunakan sebagai panggilan untuk sosok perempuan yang telah mengandung dan merenggangkan nyawa saat melahirkan kita. Begitu besar bahkan tak berbalas jasa dan cinta kasihnya kepada kita. Bahkan Tuhan menganugerahkan surga di telapak kaki ibu.

Oleh sebab itu, sebagai anak-anaknya, sudah selayaknyalah kita wajib menghargai dan membahagiakan ibu. Walaupun kenyatannya mewujudkan rasa sayang kepada ibu tak semudah mengatakannya. Karena seringkali kita sebagai anak, secara sadar mau pun tidak sadar, kerap menyakiti hati ibu dengan segala bentuk perangai atau perkataan yang tak pantas.

Maka dari itu jika hingga hari ini ibu masih ada di dekat Anda, jangan sungkan untuk selalu meminta maaf dan restunya. Sebab jika sewaktu-waktu takdir menyuratkan ibu untuk pergi selamanya, Anda tak akan merasakan penyesalan yang teramat mendalam.

Di momentum hari ibu ini, ketahuilah bahwa melakukan hal baik untuk ibu tak akan merugikan kita apa pun, selama fisik yang kita miliki masih dalam keadaanutuh dan sehat, janganlah pernah berat untuk menolong dan meminta maaf kepada ibumu.

"Saya orangnya sangat tertutup dalam segala hal dengan keluarga termasuk pada mama. Mulai soal pekerjaan sampai masalah pribadi. Saya pikir hal ini bukanlah yang penting untuk dibagi dengan orang lain termasuk mama. Namun setelah mama meninggal, saya merasa bahwa selama ini saya bersikap tidak adil kepadanya. Karena kalau lagi kesusahan saya cerita ke mama, tapi giliran cerita pribadi saya simpan sendiri. Seharusnya saya lebih terbuka pada mama dan berbagi cerita kepadanya. 

Selain itu, saya juga bukan orang yang ekspresif dan gampang mengungkapkan perhatian dan rasa sayang ke ibu secara langsung. Sampai akhirnya, sekarang sudah tidak bisa lagi diucapkan langsung.

Maka bagi yang masih punya mama, bersyukurlah. Bersikaplah lebih terbuka dan perhatian sama ibu, karena baik buruknya kita, mama tidak akan meninggalkan kita. Di saat senang pasti kita lupa sama mama. Tetapi sebaliknya, kalau kita sedih atau sakit, kita pasti ngadu dan mengeluh ke mama." ungkap Bagus Prasetyo, Pegawai Negeri Sipil kepada Kompas Female.

Penyesalan lain yang cukup mendalam juga dirasakan Ajeng Setyohati. Perempuan yang berprofesi sebagai pramugari ini mengungkapkan bahwa penyesalan terbesarnya adalah belum bisa memenuhi keinginan ibunya.

"Dulu mama selalu minta saya untuk kuliah dulu. Tetapi saya nekat dan justru memilih mau bekerja. Selain itu, masih ada keinginan yang tertunda, hingga mama berpulang, saya belum sempat menjalankan niat foto bersama dengan kedua orangtua saya dengan seragam maskapai tempat saya kerja. Dan sayangnya, sekarang saya mungkin cuma bisa berfoto bersama ayah dan keluarga lainnya tanpa ada mama di samping. Tetapi yang tak pernah saya sesali adalah, saya selalu mengucapkan betapa saya sayang mama. Baik itu langsung, lewat SMS, telepon, atau ketika bercanda sekalipun. Dengan itu, saat mama pergi, saya yakin kalau mama tahu saya sangat menyayanginya.

Untuk semua orang yang masih memiliki ayah dan ibu, ada baiknya untuk sering-sering menyampaikan rasa sayang kepada mereka. Dan yang pasti, doakan mereka agar selalu diberi kesehatan, kebahagiaan di hari tuanya, agar mereka bisa masih bisa melihat kita menikah, punya anak, jadi mereka bisa menggendong cucu-cucunya," papar Ajeng.

Begitu mulianya sosok ibu, mereka tak pernah meminta imbalan apa pun dari anak-anaknya, termasuk soal materi. Dalam beberapa hal, mungkin mereka hanya menginginkan anak-anaknya bisa meluangkan sedikit waktunya untuk mereka. Tapi coba Anda renungkan, hingga hari ini berapa banyak waktu yang Anda luangkan untuk ibu? Karena selagi ibu kita masih ada, nikmatilah kebersamaan dengan dirinya, mendengarkan ceritanya dan meresapi derai tawanya.

"Rutinitas sehari-hari memang membuat kita lupa dengan prioritas utama dalam hidup, salah satunya untuk membahagiakan ibu. Saat ibu sudah nggak ada, saya baru sadar akan hal ini. Seandainya tujuh tahun lalu, saya lebih bisa meluangkan waktu untuk beliau lebih banyak, misalnya mengantar dan menemani ibu melakukan aktivitas rutin yaitu belanja, ke kantor dan aktivitas sosialnya, pasti ia akan sangat bahagia.

Kalau Anda masih memiliki ibu dan keluarga yang lengkap, cobalah untuk lebih menentukan prioritas utama dalam hidup, yaitu keluarga. Semua yang Anda lakukan semata-mata untuk kebahagiaan keluarga. Tentukan prioritas dan jangan sampai ada penyesalan karena tak punya waktu untuk mereka." papar Ayub Ndaru, seorang karyawan swasta di Jakarta. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com