BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dan OLX

Buanglah "Mantan" pada Tempatnya Biar Bisa "Move On"

Kompas.com - 05/10/2016, 06:03 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com
– Patah hati sering kali membuat kehidupan seseorang tak keruan, suasana hati turun, emosi tak stabil, sulit tidur, sering melamun, bahkan nafsu makan berubah drastis. Sangat mungkin pekerjaan dan kegiatan sehari-hari jadi berantakan.

Sebagian orang mungkin tak berlama-lama dalam kesedihan dan mampu kembali beraktivitas seperti biasa, istilahnya life must go on.

Namun, ada saja orang yang terpuruk dalam kesedihan dan kesendirian untuk waktu lama. Mereka inilah orang-orang yang "terjebak masa lalu".

Masalah kian rumit ketika penyebab kandasnya hubungan percintaan masih misteri. Tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan, pasangan memutuskan tali kasih. Kisah indah dan pahitnya hidup yang pernah dilalui bersama seakan seketika jadi tak berharga.

Tentu, mereka akan bertanya-tanya mengapa pasangan memutuskan hubungan. Kejelasan seakan menjadi satu syarat untuk melanjutkan hidup. Memang, kegagalan perlu jadi evaluasi pribadi agar kesalahan sama tak terulang pada kesempatan berikutnya.

Meski demikian, konsultan masalah percintaan Pam Spurr dalam bukunya "The Break-Up Survival Kit: Emotional Rescue For The Newly Single" menulis bahwa terus mempertanyakan alasan putus harus dihentikan agar bisa move on.

"Berhentilah mempertanyakan diri sendiri kenapa pasangan berlaku demikian lalu mulai pahami bahwa masalahnya ada pada pasangan dan bukan pada diri Anda," tulis Spurr.

Idealnya memang, kata Spurr, pasangan saling jujur mengutarakan alasan yang membuat mereka tidak bahagia sehingga memutuskan mengakhiri hubungan. Pengalaman ini bisa jadi bekal agar percintaan selanjutnya berjalan lebih baik.

"Namun sayangnya hal tersebut jarang terjadi. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menerima kenyataan bahwa kita tidak bisa selalu mengerti alasan seseorang menolak kita dan jangan jadikan hal ini sebagai masalah kita," lanjut Spurr.

Lupakan

Membuat beragam asumsi dengan mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan selama menjalin hubungan hanya bakal menimbulkan perasaan bersalah. Spurr pun menyarankan buang juga kenangan tentang sang mantan pada tempatnya, yaitu di masa lalu.

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA Kenangan bercinta dengan si dia mungkin manis, tapi tetap harus dilupakan.

Jangan sampai, satu kegagalan menghancurkan seluruh kehidupan Anda. Putuskan semua yang berhubungan dengan mantan, kalau perlu bahkan hapus saja nomor telepon dan akun media sosial si dia dari daftar kontak.

Coba hal-hal baru yang sebelumnya tak pernah dilakukan. Hindari kegiatan yang dulu biasa dilakukan bersama mantan. Bila tidak, hal ini malah membuka kembali kenangan dan menambah luka.

Selain itu, hapus ingatan tentang dia dengan cara memberikan kepada orang lain semua barang yang mampu membangkitkan kenangan, misalnya kado ulang tahun, hadiah-hadiah, atau apa pun yang dibeli bersama.

Jika barang tersebut masih bernilai, lebih baik jual pada orang lain yang mungkin membutuhkan. Kenapa? Pertama, menjual barang tersebut menunjukkan bahwa mantan pasti akan menjadi milik orang lain dan Anda sudah merelakannya.

Kedua, keuntungan dari menjual barang dari masa lalu bisa digunakan untuk hal-hal bermanfaat. Barang bekas bisa jadi apapun, termasuk sebagai modal untuk move on.

Berjalan-jalan ke luar kota, misalnya, bisa jadi pilihan. Berlibur mampu meningkatkan suasana hati. Di tempat liburan, Anda akan berpeluang bertemu orang-orang baru dan melakukan kegiatan berbeda.

Siapa tahu salah satu dari orang baru ini adalah belahan jiwa Anda yang sejati.

Terlebih lagi, menjual barang bekas kian mudah dengan akses internet. Anda tinggal mendaftar di situs jual beli online semisal OLX dan mengikuti beberapa langkah saja untuk mengiklankan barang.

Memakai situs web itu, pembeli dari berbagai tempat pun siap menampung barang kenangan si mantan.

Nah, siap untuk mengucapkan selamat tinggal pada semua barang dan kenangan tentang mantan?


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com