Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Rendah, Perempuan Rentan Dieksploitasi

Kompas.com - 13/11/2013, 08:04 WIB
Rahman Indra

Penulis

 

KOMPAS.com - Perempuan muda di usia produktif di dua kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) yakni Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS),  masih jauh tertinggal dibanding rekannya dari daerah lainnya di Indonesia. Selain banyak yang menganggur, sebagian besar hanya menamatkan pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD).

Anna Juliastuti, Program Manager Youth Economic Empowerment Plan Indonesia, mengatakan rendahnya tingkat pendidikan yang dialami perempuan di NTT ditunjukkan oleh hasil survei yang dilakukan Gender Baseline. Di TTU misalnya, hampir 50 persen perempuan hanya tamat SD dan mereka yang tamat SMK sebesar 2,7 persen.

Perempuan di kedua area tersebut kemudian lebih banyak memutuskan mengurus rumah tangga, beternak babi serta bertani. Kalaupun ada yang mau bekerja, mereka memilih menjadi buruh terampil yang kemudian meninggalkan area tempat tinggal mereka menuju tempat kerja yang berjarak lumayan jauh.

“Di samping minimnya kesempatan kerja, perempuan muda di sana juga rentan diperdagangkan, dan mendapat pelecehan seksual, ini salah satu tantangannya,” ujar Anna saat meluncurkan program “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Muda” di Hotel Puri Denpasar, Jakarta, pada Senin (12/11/2013).

Program pemberdayaan  ekonomi perempuan muda yang dilakukan Plan Indonesia ini mendapat dukungan dana dari Uni Eropa, yang berlangsung dari 1 Februari 2013 hingga 30 Januari 2016. Menurut Anna, dua kabupaten di NTT yang terpilih merupakan area kerja dari Plan Indonesia, selain Jakarta, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Plan sendiri merupakan lembaga internasional yang fokus pada aksi perlindungan hak anak yang sudah ada sejak tahun 1969 di Indonesia.

Lebih jauh Anna mengatakan, saat ini perempuan muda berusia 15 hingga 29 tahun di NTT lebih banyak beraktivitas mengurus rumah tangga. Mereka juga dilibatkan dalam pemeliharaan babi sebagai bagian dari pekerjaan rumah tangga mereka sehari-hari.

Selain beternak babi, perempuan dalam rumah tangga juga dilibatkan dalam menanam, menyiangi, memberi pupuk dan menyiram tanaman dua kali sehari. Hasil sayur mayur ini kemudian dijual di pasar tradisional.

“Sebenarnya kedua aktivitas rumah tangga tersebut bisa jadi potensi usaha yang dikembangkan lebih serius, misalkan menjual sayuran kemasan untuk memenuhi permintaan pasar modern,” tambah Anna.

Di luar potensi untuk berwirausaha, Anna pun melihat peluang untuk memberi keterampilan pada mereka yang masih produktif. Upaya ini di antaranya bisa diwujudkan lewat pelatihan keterampilan atau life skills sehingga mereka bisa mendapati pekerjaan yang layak dengan upah minimum yang sesuai.

Untuk mencapai tujuan program ini Plan Indonesia lalu bekerjasama dengan beberapa pihak terkait. Di antaranya melibatkan enam kementrian, seperti Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementrian Perindustrian, Kementrian Sosial, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementrian Pendidikan Nasional, serta Kementrian Pemuda dan Olahraga.

Sementara, dalam prakteknya, juga bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), the Indonesia Youth Employment Network Bappenas, Koperasi Mitra Dhuafa yang memberi akses terhadap modal dan pinjaman, serta Indonesia Business Link untuk pemberian pelatihan keterampilan.  

“Kami memfasilitasi agar perempuan muda di dua kabupaten di NTT ini mendapat kesempatan kerja yang lebih baik dan tentunya turut memberi manfaat pada masyarakat yang ada di sekitar,” ungkapnya.

Saat ini, kata Anna, ia sedang memberlakukan program pada beberapa perempuan di NTT dengan target bisa mencapai 3000 orang. Jika di antara mereka ada yang berhasil, maka akan ada kisah inspiratif yang diharapkan menjadi motivasi bagi perempuan muda lainnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com