Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/10/2013, 10:19 WIB
Rahman Indra

Penulis

Sumber Shine


KOMPAS.com -
Disadari atau tidak, mungkin kita masih menerapkan pola asuh yang terlalu sensitif gender. Pada anak perempuan kita mengharapkan mereka suka menari balet, memakai rok, dan pintar memasak. Sebaliknya pada anak laki-laki, kita memperlakukan mereka agar menjadi "jagoan" dan melarangnya menangis.

Anak laki-laki yang penakut dan cengeng sering dianggap sebagai anak yang kurang "cowok". Padahal berbagai "aturan" untuk bersikap seperti laki-laki itu sebenarnya justru mempersempit makna maskulin itu sendiri.

Sebenarnya tidak masalah buat anak laki-laki menangis dan menunjukkan emosi mereka. Anak laki-laki tetaplah anak-anak yang belum dapat menyampaikan perasaan marah, sedih, atau kecewa, dengan kata-kata sehingga mereka akan menunjukkannya lewat sikap, termasuk menangis. Ungkapan rasa emosi inilah yang membuat mereka mengenal diri mereka masing-masing.

Orangtua juga seharusnya tidak meminta anak laki-laki mereka untuk berhenti bersikap seperti perempuan hanya karena mereka agak penakut atau suka bermain masak-masakan. Seolah-olah bersikap seperti itu sangat buruk dan tidak semestinya.

Secara tidak langsung sebenarnya kita justru mengenalkan pada anak laki-laki bahwa perempuan adalah mahkluk lemah dan tidak patut ditiru. Ini membuatnya juga tidak mengenal sisi maskulin dengan baik dan memahami persamaan antara laki-laki dan perempuan. Ajarilah anak untuk menumbuhkan rasa saling menghargai antara laki laki dan perempuan.

Anak laki-laki juga tidak perlu didorong untuk menjadi "macho", yang tanpa disadari hal ini identik dengan kekerasan. Tidak perlu merasa kecewa jika putra Anda tidak lebih kuat atau tidak lebih berani dibanding teman-teman sebayanya. Sebaliknya, ajari mereka untuk percaya diri namun tidak menjadi sombong karenanya. Beri tahu mereka boleh bangga dengan tubuh kuat atau apa yang mereka miliki, namun tidak boleh semena-mena.

Tidak masalah juga kalau si kecil tak mahir dalam berolahraga. Anda sebagai orangtua bisa menyemangatinya bahwa tak masalah kalaupun dia terjatuh dan tidak bermain seperti anak lak-laki lainnya. Tekanan terhadap mampu bermain olahraga apapun pada anak laki-laki, tidaklah baik. Menjadi laki-laki bukan berati hanya mampu bermain bola.

Anak laki-laki juga boleh mengungkapkan perasaannya. Ada yang beranggapan mengungkapkan perasaan lebih tepat dilakukan hanya oleh anak perempuan. Padahal, anak laki-laki juga perlu merasakan kenyamanan dalam mengungkapkan apa yang ia rasakan dan tugas kita sebagai orangtua untuk mendengarkan dan memberi perhatian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com